Gunung Rokatenda di Nusa Tenggara Timur masih mengeluarkan abu panas dan lava, Senin (12/8) setelah menewaskan enam orang pada akhir pekan.
Letusan-letusannya lebih kecil pada Senin namun potensi bahaya masih tinggi karena gunung berapi itu masih terus mengeluarkan awan gas panas, menurut ahli vulkanologi pemerintah, Surono.
Lava cair dan abu panas telah menutupi sebagian besar Pulau Palue yang hanya memiliki radius 4 kilometer.
"Gunung Rokatenda terus berstatus waspada tingkat tinggi," ujar Surono. "Belum ada penurunan signifikan dalam aktivitasnya."
Sementara itu, pihak berwenang terus mencari jenazah dua anak-anak di tengah asap dan abu yang membubung ke ketinggian sekitar dua kilometer di udara setelah gunung itu meletus Sabtu dini hari. Hampir 3.000 orang dievakuasi dari wilayah Pulau Palue, menurut Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPNB). Gunung ini telah batuk-batuk sejak Oktober lalu.
Para korban tewas termasuk tiga orang dewasa dan dua anak-anak, menurut juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho, yang menambahkan bahwa usia korban keenam tidak diketahui. Ia mengatakan jenazah para korban dewasa telah ditemukan, namun yang anak-anak masih dicari.
Tini Thadeus, kepala BNPB lokal, mengatakan Minggu bahwa ia pesimis jenazah-jenazah itu ditemukan karena terkubur di bawah bahan vulkanik panas.
Ia mengatakan letusan-letusan kecil dapat terdengar datang dari puncak gunung, yang masih mengeluarkan asap sampai 600 meter ke angkasa.
"Namun semua warga desa telah dievakuasi keluar dari wilayah berbahaya dekat kawah,” ujar Thadeus di ibukota Kupang.
Letusan berakhir sekitar tujuh menit, ujar Frans Wangge, yang mengepalai pos pengawasan gunung berapi. Ia mengatakan lava panas membakar pepohonan sekitar pantai dan desa-desa, menyulitkan penjangkauan area tempat para korban tewas.
Gunung Rokatenda merupakan salah satu dari 129 gunung berapi aktif di Indonesia, yang berada di atas "cincin api Pasifik." (AP/Jacob Herin)
No comments
Post a Comment