SAMO News

TNI Angkatan Udara (TNI AU) memesan kembali delapan helikopter H225M bermesin ganda buatan Airbus.

TNI Angkatan Udara (TNI AU) memesan kembali delapan helikopter H225M bermesin ganda buatan Airbus.

Berbagi berita ini ke teman


Jakarta SAMO News  -  TNI Angkatan Udara (TNI AU) memesan kembali delapan helikopter H225M bermesin ganda buatan Airbus.
TNI AU ingin memperkuat armadanya untuk tugas pencarian dan pertolongan (SAR) dalam kondisi tempur.
Menurut kesepakatan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), helikopter berbobot 11 ton yang telah teruji di medan tempur ini akan diserahkan kepada TNI AU usai perakitan, penambahan kelengkapan, dan penyesuaian akhir oleh PTDI di fasilitas mereka di Bandung, Indonesia.
TNI AU ingin memperkuat armadanya untuk tugas pencarian dan pertolongan (SAR) dalam kondisi tempur.
Menurut kesepakatan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), helikopter berbobot 11 ton yang telah teruji di medan tempur ini akan diserahkan kepada TNI AU usai perakitan, penambahan kelengkapan, dan penyesuaian akhir oleh PTDI di fasilitas mereka di Bandung, Indonesia.
Helikopter tambahan ini akan bergabung dengan armada TNI AU yang saat ini terdiri dari enam H225M untuk penugasan SAR tempur.
“Kami sangat mendukung keputusan TNI AU dalam memilih H225M untuk melengkapi armada mereka. H225M adalah helikopter yang telah teruji di medan tempur dan disenangi oleh banyak pelanggan di seluruh dunia. Pesanan tambahan ini mencerminkan kepercayaan Indonesia terhadap Airbus Helicopters,” kata Airbus Helicopters Executive Vice President Ben Bridge dalam keterangan, yang dikutip cnbcindonesia, Jumat (11/1/2019).
“Indonesia terus mengambil peran penting dalam rantai pasok global Airbus Helicopters. Bersama rekan terpercaya kami PTDI, kami siap mendukung kesiapsediaan armada helikopter Indonesia.”
Airbus Helicopters dan Indonesia telah lama bekerja sama, diawali ketika PTDI menerima lisensi produksi helikopter NBO-105 di tahun 1976, lebih dari 40 tahun yang lalu.
Terkait H225, PTDI telah menjadi pemasok penting untuk badan utama dan badan belakang helikopter jenis ini sejak tahun 2008, diikuti oleh beroperasinya lini produksi H225 di tahun 2011. Airbus Helicopters dan PTDI memperluas kerja sama industri di tahun 2017 dengan mengadakan layanan dan dukungan khusus untuk armada helikopter militer Indonesia.
Saat ini, 88 unit H225M telah diserahkan kepada pengguna. Helikopter ini telah terbukti keandalan dan ketahanannya pada berbagai situasi tempur dan wilayah krisis di seluruh dunia.
H225M, yang merupakan varian militer dari keluarga helikopter multi-peran Super Puma, saat ini beroperasi di Perancis, Brazil, Meksiko, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, dan baru-baru ini telah dipesan pula oleh Hongaria, Kuwait, dan Singapura.
BUTUH 140 HELIKOPTER
Sebeluknya Kementerian Pertahanan menandatangani kontrak pembelian 8 helikopter H225M dan 9 helikopter serbu BELL-412EPI. Kontrak pembelian ini merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan TNI akan 100 heli angkut berat dan 40 heli tempur.
“Kebutuhan TNI besar untuk heli angkutan berat dan heli tempur,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan, Agus Setiadji, di PT Dirgantara Indonesia (DI) Bandung, Selasa (9/1/2018).
Agus menuturkan, kontrak terdiri dari helikopter H225M konfigurasi angkut berat, integrated logistic support termasuk airborne kit, jasa (technical assistant dan advance training).
Kemudian, publikasi teknis, pelatihan, dan 1 unit H225M level D full flight simulator beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Helikopter ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AU.
Helikopter H225M merupakan nama komersial yang sama dengan helikopter EC725 Cougar yang merupakan keluarga dari Super Puma, produk kerja sama PT DI dengan Airbus Helicopters, Perancis. Kontrak lainnya, 9 helikopter serbu BELL-412EPI, lengkap dengan persenjataan dan munisi, suku cadang, publikasi teknis, serta pelatihan.
Heli serbu ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AD. Helikopter Bell-412EPI merupakan bagian dari helikopter Bell-412 Series, produk kerja sama PT DI dengan Bell Helicopter Textron Inc, Canada.
Agus mengatakan, kontrak tersebut didasarkan pada kebutuhan dasar TNI AU dan TNI AD sesuai dengan minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI tahap kedua.
“Kebutuhannya masih cukup banyak. Untuk heli serbu butuh 40, baru bisa dukung 9. Untuk heli angkut berat, kebutuhannya 100, baru bisa dukung 8,” ungkap dia seperti dikutip kompas.com.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya melihat industri dalam negeri dengan kontraktor utamanya PT DI.
“Kebutuhan akan dipenuhi bertahap. Targetnya 2020-2024 MEF terpenuhi. Sekarang baru 67 persen. April nanti diharapkan bisa sampai 79 persen,” imbuh dia.
“Anggarannya untuk yang sekarang, Heli Bell 330 juta dollar AS dan 183 juta dollar AS (heli tempur),” tambah dia.
Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro mengatakan, sesuai kontrak, pihaknya akan memenuhi kebutuhan TNI AD dalam 24 bulan sejak efektif kontrak. Sedangkan heli angkut berat harus selesai 36 bulan setelah efektif kontrak. Kontrak sendiri akan efektif setelah pendanaan luar negeri (PLN) selesai. “Proses (PLN) dibutuhan 3-6 bulan. Setelah dapat baru efektif,” ujar dia.

No comments