Wakil Perdana Menteri Krimea Ruslan Balbek mengatakan bahwa sistem pertahanan udara S-400 Rusia akan ditempatkan di kota Feodosia, Krimea, mulai Agustus ini, tulis media Rusia Sputnik.
Penempatan S-400 tersebut bertujuan untuk membentuk pertahanan udara lapis ganda di Krimea, bersama S-300 yang kini telah berada di semenanjung tersebut.
“S-400 akan menjadi elemen penggertak utama bagi ‘pengacau dari Angkatan Udara NATO’,” kata Balbek kepada RIA Novosti.
Balbek menyebutkan pengiriman pesawat tempur NATO ke wilayah udara Krimea akan menjadi aksi bunuh diri’. “Saya tak meragukan keberanian para pilot NATO, tapi tentu mereka tak akan melakukan aksi bunuh diri,” tambah Balbek.
S-400 (julukan NATO: SA-21 Growler) merupakan sistem rudal pertahanan udara yang mampu mencegat berbagai tipe rudal balistik dan pesawat tempur generasi kelima dari jarak hingga 402 kilometer.
Penempatan S-400 di Krimea ditetapkan pada 15 Juli 2016. Penempatan tersebut merupakan bagian dari perencanaan untuk mempersenjatai kembali wilayah Krimea setelah reunifikasi dengan Rusia sejak referendum Maret 2014.
Rusia berhak melindungi keamanan nasional dengan menempatkan senjata dan pasukan di wilayah kedaulatannya, demikian dinyatakan seorang diplomat senior Rusia pada RIA Novosti, seperti yang dikutip RT.
“Kenyataannya, kami berhak melakukan mobilisasi senjata dan pasukan di wilayah kami sendiri,” kata Kepala Departemen Keamanan dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Mikhail Ulyanov.
Ulyanov menyinggung bahwa pemerintah Rusia selama ini selalu berhati-hati dalam membuat pernyataan publik mengenai penempatan militer AS di seluruh dunia.
“Kami tak pernah mendikte Washington mengenai senjata dan pasukan mana saja yang boleh mereka kirimkan ke berbagai wilayah. Tapi kini mereka mencampuri urusan kami dalam penempatan senjata di wilayah kami sendiri. Kami rasa itu tidak pantas secara politik,” kata Ulyanov dalam konferensi pers bersama para wartawan.
Pernyataan tersebut merupakan respons atas tuduhan politisi AS dan Ukraina yang mengatakan bahwa penempatan pasukan Rusia di Krimea merupakan bentuk pelanggaran dari Perjanjian Noproliferasi (dikenal sebagai ‘NPT’) terkait persenjataan nuklir.
Tingkatkan Kehadiran Militer di Laut Hitam
Menurut sang diplomat, Rusia juga tengah mempertimbangkan langkah untuk merespons kehadiran NATO di kawasan Laut Hitam. Apalagi, kehadiran kapal perang NATO di kawasan tersebut bukan berasal dari negara yang berbatasan langsung dengan Laut Hitam.
Ulyanov menekankan peningkatan kehadiran militer di Laut Hitam karena kehadiran NATO belum masuk perencanaan militer Rusia. Oleh karena itu, Ulyanov mendorong pemerintah Rusia untuk mempertimbangkan hal ini dalam perencanaan militer selanjutnya.
Hubungan Rusia dengan AS menegang sejak terjadinya krisis Ukraina dan reunifikasi Krimea dengan Federasi Rusia pada Maret 2014. Pada Juni 2015, Rusia menyatakan berhak untuk menempatkan senjata nuklir di wilayah kedaulatannya, termasuk di Semenanjung Krimea.
No comments
Post a Comment