SAMO News

2 Pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli TNI AU dari Rusia Akan Tiba Tahun Depan

2 Pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli TNI AU dari Rusia Akan Tiba Tahun Depan

Berbagi berita ini ke teman




SAMO News - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengatakan 2 pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli dari Rusia akan tiba tahun depan. Dua pesawat itu bagian dari total 11 pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli Indonesia. “Alutsista masih menggunakan yang dulu belum ada penambahan kecuali Sukhoi. Sukhoi akan tiba di Indonesia pada 2019 nanti (sebanyak) 2 unit,” kata Kepala Pusat Penerangan dan Komunikasi Kemenhan Brigadir Jenderal (TNI) Totok Sugiarto di restoran D’Cost, Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2018). Dia menyebut pesawat itu akan datang secara bertahap. Untuk pertama ini, baru 2 pesawat yang akan tiba. "Nanti datang 11 unit, 2, 4, 5 kalau nggak salah, bertahap. Tapi pertama tiba 2019 bulan Agustus. Mudah-mudahan nggak ada kendala apa-apa,” imbuhnya.

Mengenai pesawat tempur itu, Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan sudah ada penandatanganan kontrak pembelian antara Indonesia dan Rusia. Menurutnya, Indonesia memiliki keuntungan tersendiri saat membeli pesawat itu. “Itu kan ada 2, dari Kemenhan dan Kementerian Perdagangan jadi itu 50% dibayar anggaran negara, 50% dari sistem dagang jadi lebih hemat lagi negara akibat ini. Mau nggak mau dia harus terima ekspor kita,” kata Ryamizard kepada wartawan di kantor BPK RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (10/9). Ryamizard mengatakan 2 pesawat yang datang pada tahap pertama ini akan bisa digunakan saat HUT TNI pada 5 Oktober 2019. “Memang bikin pesawat nggak gampang, insyaallah satu tahun depan pada waktu HUT TNI 2 pesawat dulu sudah jalan,” sambungnya.


Indonesia akan jadi negara pertama di ASEAN dan kedua di dunia yang akan memiliki pesawat tempur 'sangar' Sukhoi 35. Melansir dari Tribunnews, pemerintah melalui Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu akan membeli 11 unit pesawat Sukhoi 35 atau SU-35. Baru ada satu negara yang mempunyai pesawat tempur mutakhir itu, tidak lain adalah negara produsennya sendiri, Rusia.

Kendati harus merogoh kocek negara triliunan rupiah untuk membeli pesawat tempur super-modern, tetap saja kita berharap tak ada perang.
Tetapi apa boleh buat, negara yang berdaulat wajib menjaga wibawa, mempertahankan wilayah teritorialnya, dan melindungi rakyatnya. Membentengi diri dengan mesin perang menjadi pilihan agar tak dipandang sebelah mata. Itulah sebabnya, Pemerintah Indonesia memperbarui alutsita angkatan perangnya. Paling anyar adalah pembelian 11 unit Sukhoi Su-35 dari Rusia senilai sekitar Rp15 triliun.

Keputusan membeli Sukhoi Su-35 ini sebetulnya sudah sejak 2014. Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, menyebutkan Su-35 itu untuk pengganti pesawat F-5 Tiger yang sudah uzur. Namun kepastiannya baru terwujud sejak 14 Februari lalu, setelah ditekennya kesepakatan pembelian 11 unit Sukhoi Su-35.



Seperti apa kehebatan burung besi ini sehingga harganya selangit itu? Jawabannya ada di laman sukhoi.org. Kendati website ini hanyalah ajang promosi berbagai jenis Sukhoi buatan Rosoboronexport, setidaknya di sini ada penjelasan spesipikasi Sukhoi Su-35.

Disebutkan, Sukhoi Su-35 adalah pengembangan dari Su-27 yang semula bernama Su-27M. Dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon, pesawat ini dimasukkan dalam dalam generasi 4++. Su-35 ini memiliki mesin 117S yang lebih bertenaga dengan pipa-pipa vektor pendorong yang selalu berputar, dilengkapi sistem fly-by-wire digital terbaru, dan radar multi-mode baru yang mampu mendeteksi sinyal dari belakang untuk menembakkan peluru kendali SARH. Ditambah lagi detektor inframerah serta tentu senjata yang telah diperbarui.

Apa yang baru di Su-35? Salah satunya adalah badannya lebih lebar dengan masa kerja 6.000 jam, dan masa operasi 30 tahun. Secara aerodinamis mirip Su-27. Namun, Su-35 tidak akan menampilkan sirip canard. Penggunaan sistem kontrolnya terbaru, mampu melakukan fungsi beberapa sistem sekaligus - kendali jarak jauh, kontrol otomatis, sistem sinyal pembatas, sistem sinyal udara, dan sistem pengereman roda sasis.

Pesawat tempur ini tak memiliki rem cakram overhead, fungsinya dilakukan kemudi yang aktif. Sistem ini semua, akan meningkatkan kemampuan tempur dan manuver.


Sasis Su-35 diperkuat karena kenaikan arus lepas landas dan pendaratan pesawat. Bantalan depan memiliki dua roda. Sumbu radar ditingkatkan untuk mengurangi pantulan Su-35 pada gelombang radio X. Fitur khas Su-35 adalah penggunaan seperangkat instrumen onboard baru. Intinya adalah sistem manajemen informasi yang mengintegrasikan subsistem fungsional, logis, informasi dan perangkat lunak ke dalam satu kompleks yang memastikan interaksi antara kru dan peralatan.

Inti dari persenjataan Su-35 adalah sistem kontrol radar baru. Sistem kontrol radar Irbis-E ini mendeteksi dan melacak hingga 30 target udara, mempertahankan kontinuitas pengamatan ruang hingga delapan sasaran. Sistem deteksinya mampu memilih dan melacak hingga empat target dasar dalam beberapa mode pembuatan peta dengan berbagai resolusi pada jarak hingga 400 kilometer.

"Dalam aspek ini, Irbis mengungguli radar buatan AS dan Eropa," begitu ulasan di sukhoi.org.

Di antara sistem onboard Su-35 baru lainnya adalah peralatan navigasi dan komunikasi radio modern, sistem menjaga operasi dalam formasi dan rangkaian penanggulangan elektronik yang sangat efisien. Perkara senjata, Su-35 memanggul rudal pelacak udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan tipe baru, termasuk tipe jarak jauh. Beban persenjataan maksimum Su-35 adalah 8.000 kilogram yang ditempatkan pada 12 kantong.

Pesawat tempur Sukhoi Su-35 ini sudah dijajal oleh Rusia dalam misi tempur pertamanya untuk melindungi Pangkalan Udara Hmeimim, Latakia, Suriah. Pada 1 Februari, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Su-35 telah memulai operasi tempur Rusia di Suriah. Tetapi, ya itu tadi, kita tak berharap ada perang. Biarlah Sukhoi Su-35 menganggur, atau bermanuver membelah langit untuk atraksi menawan yang menghibur saja.


Karakteristik

Kru: 1 Panjang: 21,9 m
Lebar sayap: 15,3 m
Tinggi: 5,90 m
Luas sayap: 62,0 m²
Berat kosong: 18.400 kg
Berat terisi: 25.300 kg
Berat maksimum lepas landas: 34.500 kg
Mesin: 2× Saturn 117S dengan turbofan TVC
Dorongan kering: 8.800 kgf masing-masing
Dorongan dengan afterburner: 14.500 kgf masing-masing
Kinerja

Kecepatan maksimum: Mach 2,25 (2.390 km/h) pada ketinggian
Jarak jangkau: 3.600 km ; (1.580 km di atas daratan)
Jarak jangkau feri: 4.500 km dengan tangki bahan bakar tambahan
Batas tertinggi terbang: 18.000 m
Laju panjat: >280 m/s
Beban sayap: 408 kg/m²
Dorongan/berat: 1,1
Persenjataan

1 × 30 mm kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 peluru
2 × rel ujung sayap untuk peluru kendali udara ke udara R-73 (AA-11 "Archer") atau poda ECM
12 × stasiun rangka dan sayap untuk sampai 8.000 kg artileri, termasuk peluru kendali udara ke udara, peluru kendali udara ke darat, roket, dan bom.
Bom terpandu laser KAB-500
Bom terpandu laser KAB-1500
Bom terpandu laser LGB-250
250 kg bom tak-terpandu FAB-250
500 kg bom tak-terpandu FAB-500
Roket terpandu laser S-25, roket tak-terpandu S-250
Poda roket tak-terpandu S-8
Poda roket tak-terpandu S-13
Avionik

Irbis-E PESA

No comments