SAMO News - PT PAL Indonesia (persero) menargetkan bisa memproduksi sedikitnya tujuh kapal cepat rudal (KCR) pada tahun ini, baik untuk keperluan alutsista TNI AL maupun ekspor ke negara-negara di Asia Tenggara dan Afrika.
Direktur Utama PT PAL Indonesia Budiman Saleh di Jakarta, Senin, mengatakan produksi kapal perang di tahun 2018 meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
"Target kami untuk tahun ini ada empat kapal cepat rudal yang 60 meter pesanan dari TNI AL, kemudian juga target ekspor kami di Malaysia bisa dapat dua, di Thailand itu targetnya ada satu kapal, dan beberapa dari negara Afrika," kata Budiman usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin (22/1/2018).
Produksi kapal cepat rudal jenis KCR-60 meter merupakan pesanan tahap kedua oleh TNI AL, setelah sebelumnya PT PAL Indonesia telah menyelesaikan pembuatan tiga kapal rudal serupa dan diserahkan kepada TNI AL.
Selain itu, PT PAL juga memproduksi kapal perusak kawal rudal (PKR) dan "landing platform deck" (LPD) untuk keperluan perlengkapan alutsista pertahanan negara di laut.
"Terkait ekspor, kita sudah masuk di pasar Asia Tenggara, yaitu di Thailand, Malaysia, dan juga kembali ke Filipina serta beberapa negara di Afrika seperti Senegal, Kongo, Guinea Bissau dan Burkina Faso," tuturnya.
Budiman optimistis mengalami kenaikan pendapatan hingga dua kali lipat pada tahun 2018 dibandingkan penerimaan pendapatan pada tahun 2017.
"Tahun 2016 merupakan suatu masa sulit bagi PT PAL, kemudian di 2017 itu ada pertumbuhan 'sales' sekitar dua kali lipat (dari 2016). Alhamdulillah, mungkin di 2018 itu nanti dua kali lipat lagi," kata Budiman.
Untuk tahun 2018, PT PAL Indonesia menargetkan pendapatan penjualan kapal perang sebesar Rp2,4 triliun, meningkat dua kali lipat dari pendapatan 2017 sebesar Rp1,2 triliun.
Sementara itu, nilai kontrak yang ditargetkan PT PAL Indonesia di tahun 2018 sebesar Rp4 triliun, sehingga jika ditambah nilai sisa kontrak tahun lalu senilai Rp3 triliun, maka total nilai kontrak saat ini mencapai Rp7 triliun.
"Jadi kontrak baru yang akan kita kejar ditargetkan di 2018 itu adalah Rp4 triliun, 'carry over' kontrak dari 2017 ke 2018 itu ada Rp3 triliun. Jadi 'book order value'-nya lumayan tinggi, sekitar Rp7 triliun," jelasnya.
Meskipun memperluas ranah ekspor, PT PAL Indonesia memastikan kebutuhan dalam negeri untuk penguatan alutsista TNI AL tetap terpenuhi.
"Kita masih mempunyai kapasitas sisa yang bisa digunakan untuk kebutuhan ekspor. Jadi, jangan sampai kebutuhan dalam negeri tidak terpenuhi kareba 'overload', utilisasi sudah dipakai untuk keperluan ekspor non-TNI," ujarnya.
No comments
Post a Comment