Tentara Turki telah meluncurkan operasi melawan kelompok teroris ISIS di Suriah utara. Menurut pakar, tujuan utama Istanbul ialah mencegah dominasi suku Kurdi di perbatasan Suriah-Turki. Di lain pihak, Rusia memilih bersikap netral dalam konflik ini demi menghindari konflik kepentingan.
Operasi tersebut dilakukan bersama-sama oleh pasukan oposisi Turki dan Suriah, didukung oleh koalisi Barat. Kabarnya, para militan dibombardir oleh pesawat dan artileri Turki, sementara unit pasukan khusus dan armada lapis baja Turki telah dikirim ke daratan Suriah.
Menurut televisi Turki NTV, pemerintah Turki telah mengabarkan Rusia mengenai awal operasi merekadi Suriah. Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk operasi Turki tersebut, dan menyebutnya sebagai pelanggaran kedaulatan republik. Sebelum operasi Turki, Jarabulus dikuasai oleh ISIS. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip ErdoÄŸan menyebutkan bahwa operasi tersebut dilakukan untuk melawan suku Kurdi yang beroperasi di perbatasan Suriah dan Turki (Ankara menganggap mereka sebagai teroris -red.).
Leonid Isayev, seorang dosen senior di Departemen Ilmu Politik Sekolah Tinggi Ekonomi Moskow, menilai bahwa tujuan utama operasi tersebut ialah melawan suku Kurdi.
Sang pakar menyebutkan bahwa keberhasilan pasukan Kurdi dalam perang melawan ISIS memunculkan kemungkinan menggabungkan area Kurdistan di perbatasan Suriah-Turki menjadi wilayah tunggal, yang jelas tak bisa diterima oleh ErdoÄŸan. “Bagi Turki, ini adalah ancaman yang sangat serius, sehingga mereka meluncurkan operasi di perbatasan wilayah demi mencegah penyatuan area Kurdi,” terang Isayev. Ia yakin bahwa sungguh vital bagi ErdoÄŸan untuk menciptakan daerah kantong di antara wilayah Kurdistan, yang bisa dikendalikan oleh kelompok Turkoman Suriah yang didukung Turki.(SAMO News/shs)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments
Post a Comment