“Terlihat jelas bahwa AS membutuhkan status ‘pemenang’ di Suriah demi membantu Hillary Clinton (kandidat presiden AS dari Partai Demokrat) pada November nanti, dan hal ini hanya dapat diwujudkan dengan bantuan Rusia,” ujar Giraldi. Dalam laporan Washington Post pada Kamis (30/6) lalu, pemerintah AS dikabarkan telah mengusulkan kesepakatan baru terkait Suriah kepada Moskow demi meningkatkan kerja sama militer antara kedua negara dalam hal pemberantasan terorisme. Usulan ini merupakan revisi dari usulan awal AS kepada Rusia untuk tidak menyerang kelompok oposisi yang didukung Washington.
Namun, Giraldi menyebutkan bahwa usulan baru ini merupakan “aksi kosong”. “Ini adalah panggung politik,” terang Giraldi mengomentari usulan tersebut.
Giraldi menjelaskan bahwa pemerintahan Obama telah menyadari gagalnya upaya menggulingkan Bashar al-Assad dengan menggunakan kelompok oposisi sekuler. Hal itulah yang membuat Obama saat ini berupaya mendapatkan bantuan dari Rusia untuk mencegah pemberantasan kelompok oposisi oleh Tentara Suriah.
New Syrian Army, sebuah kelompok oposisi yang didukung AS, mengalami kekalahan dengan skala besar saat menyerang kelompok teroris ISIS di perbatasan Irak dan Suriah pada Senin (27/6) lalu.
Giraldi juga menyebutkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan kerja sama kepada Obama terkait isu keamanan di Suriah dan Timur Tengah. Bahkan hingga kini, Putin masih bersedia melakukan hal itu demi mengurangi ketegangan politik antara Moskow dengan Washington.
“Sejujurnya, saya yakin Putin akan bersedia ‘mengikuti permainan’ karena ia benar-benar terganggu oleh pembicaraan (tuduhan) terhadap Rusia di negara-negara Barat dan Washington. Putin adalah satu-satunya ‘orang dewasa’ dalam hal ini (permasalahan Suriah),” ujar Giraldi.
No comments
Post a Comment