Awal pekan ini, Rusia mengatakan bahwa ada pejabat AS yang sebenarnya agen badan intelijen AS (CIA) yang menolak memperlihatkan kartu tanda pengenal dan memukul wajah polisi.
“Alih-alih petugas CIA yang menyamar, sebagaimana kami ketahui, dia bisa saja siapapun, teroris, ekstremis, pembom bunuh diri,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
Media Rusia juga merilis video yang mereka sebut perkelahian antara diplomat AS dan polisi Rusia.
Insiden itu mengemuka setelah kemunculan klaim Amerika Serikat bahwa insiden pelecehan terhadap diplomat-diplomat AS oleh petugas keamanan dan intelijen Rusia meningkat.
Sedemikian menganggunya persoalan ini, pemerintah AS telah membahasnya secara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Surat kabar Washington Post menyebutkan kasus-kasus pelecehan itu antara lain pembobolan rumah staf kedutaan, menata ulang perabotan rumah, hingga membunuh hewan peliharaan keluarga diplomat.
Peristiwa itu terjadi pada 6 Juni lalu. Ketika itu, menurutnya, seorang diplomat AS diserang setelah mengutarakan identitasnya kepada polisi Rusia.
“Aksi itu dilakukan tanpa provokasi dan membahayakan keselamatan pegawai kami. Klaim Rusia bahwa sang polisi melindungi kedutaan dari individu yang tidak dikenal adalah tidak benar,” kata Kirby.
Sebagai tindakan pembalasan atas diperlakukan seperti itu diplmatnya, Pemerintah Amerika Serikat mengusir dua diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan terhadap seorang diplomat AS di Moskow, kata Departemen Luar Negeri AS.
Juru bicara Deplu AS, John Kirby, mengatakan kedua diplomat yang tidak disebutkan identitasnya itu diperintahkan pergi pada 17 Juni.
“Kami mengusir dua pejabat Rusia dari Amerika Serikat untuk merespons serangan ini,” kata Kirby. (BBC)
No comments
Post a Comment