Berita penyadapan dan kegiatan mata-mata Australia terhadap Indonesia membayangi persiapan pertemuan KTT negara G20 di Brisbane, Australia, yang akan digelar November 2014 serta muncul dugaan aksi itu umum dilakukan.
KTT G20 itu disebut “pertemuan paling signifikan para pemimpin dunia yang diselenggarakan Australia” dan dipandang sebagai kesempatan Australia untuk mempengaruhi agenda ekonomi global serta memperkuat keterlibatan kekuatan negara ekonomi dunia.
Pertemuan tahun depan di Brisbane juga merupakan kesempatan Australia mengambil kepemimpinan KTT dari Rusia.
Namun dengan adanya dugaan skandal dan menyebarnya dokumen penyadapan, isu besar global dan momentum Australia bisa teralihkan.
KTT itu bakal dihadiri oleh empat ribu delegasi termasuk kepala pemerintahan, menteri keuangan dan gubernu bank sentral setiap negara, sementara tekanan untuk memastikan komunikasi yang aman akan lebih rumit dari biasanya.
Sedangkan jurnalis yang diperkirakan meliput agenda besar itu bisa mencapai tiga ribu orang, dimana sebagian mungkin mencurigai apakah agen intelijen memata matai pertemuan G20.
Dokumen baru baru ini antara Australia dan Indonesia beserta bukti yang muncul menumbuhkan anggapan kalau menyadap negara sahabat adalah praktek umum yang dilakukan.
Contoh lain adalah pengungkapan intelijen AS yang menembus tiga tingkap enkripsi untuk menyadap sambungan telfon konselor Jerman, Angela Merkel.
Dan di masa lalu, ada dugaan beralasan kalau pertemuan G20 sering disadap oleh pemerintah asing.
Pekan lalu, bekas penasehat keamanan cyber Presiden Obama dan George W Bush, Melissa Hathaway, mengungkapkan kalau topik keamanancyber tidak masuk agenda G20.
Hathaway yang kini bekerja buat penasehat kantor swasta, kepada jaringan ABC mengungkapkan bagaimana tindakan itu terjadi di seluruh dunia.
Tapi tanpa mengkonfirmasi atau membantah kegiatan mata mata tengan berlangsung, Hathaway menyiratkan kegiatan itu hal yang lumrah.
No comments
Post a Comment