WASHINGTON, DC — Perjanjian START yang baru membatasi sampai 1.550 hulu ledak nuklir jarak jauh yang dipasang pada 700 sistem roket jarak jauh dan pembom berat.
Tetapi perjanjian baru itu tidak membahas masalah senjata nuklir taktis jarak pendek. Hulu-hulu ledak itu dipasang di darat atau diluncurkan dari udara dengan jarak jangkauan kurang dari 500 kilometer - disebut "senjata medan perang" yang digunakan bersama senjata konvensional.
Pengamat mengatakan Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis, tetapi tidak semuanya siap beroperasi. Banyak yang menunggu dibesi-tuakan dan lainnya berada dalam bunker-bunker penyimpanan dibawah tanah.
Daryl Kimball adalah ketua Asosiasi Pengendalian Senjata, perusahaan penelitian swasta. Ia mengatakan Amerika memiliki cadangan senjata jenis itu dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
"Di Eropa, kita masih memiliki sekitar 180 bom nuklir - bom B-61 yang bisa diangkut jet tempur pembom seperti F-16. Mereka terdapat di lima negara NATO yaitu Belgia, Belanda, Turki, Jerman dan Italia," kata Kimball.
Pengamat mengatakan terjadi perdebatan dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara mengenai apa yang harus dilakukan dengan senjata-senjata itu.
Kimball mengatakan beberapa negara, termasuk Belgia, Belanda dan Jerman, menyatakan senjata-senjata nuklir taktis tidak punya nilai militer untuk pertahanan NATO saat ini dan harus dihapus.
"Senjata-senjata ini disimpan dalam bunker-bunker. Diperlukan beberapa hari untuk persiapan oleh jet tempur pembom. Penggunaan senjata-senjata itu harus disetujui oleh ke-28 anggota NATO, yang sulit dicapai dalam hampir semua isu, apalagi penggunaan senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak Hiroshima dan Nagasaki," tambah Kimball.
Dalam pidato baru-baru ini di Berlin, Presiden Barack Obama mengatakan Amerika dan NATO akan "mengupayakan pengurangan besar-besaran dalam senjata nuklir taktis Amerika dan Rusia di Eropa."
Sumber berita : VOA Indonesia
No comments
Post a Comment