Israel kembali melancarkan ancamannya untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Kali ini Israel menyatakan tidak akan menunggu persetujuan dari sekutu atau pihak manapun.
"Ketika hal itu penting dilakukan untuk masa depan Israel, dan memiliki kaitan dengan keamanan yang vital, maka kami tidak bisa menunggu (persetujuan). Bahkan (persetujuan dan dukungan) dari sekutu-sekutu terdekat dan terbesar kami," ujar Menteri Militer Israel, Ehud Barak, seperti dikutip dari Press TV, Kamis (1/11).
AS sebelumnya menolak ajakan Israel untuk menetapkan garis merah untuk program energi nuklir iran.
Pada Pertengahan Agustus, Presiden Israel, Shimon Peres juga telah mengesampingkan upaya-upaya serangan sepihak terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Ia mengatakan Tel Aviv akan membutuhkan bantuan Washington untuk menjalankan operasi militer terhadap Teheran.
Meski menyatakan siap menyerang Iran, pernyataan Barak itu mendapat kritikan dari publik, militer serta mantan pejabat intelijen Israel. Mereka memperingatkan langkah tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi menilai bahwa langkah rezim zionis yang akan melakukan serangan tak akan bisa terwujud.
Hal ini dikarenakan rezim Israel tak punya cukup kekuatan untuk menyerang negaranya.
''Rezim Israel tidak akan berani mengambil tindakan ''konyol'' terhadap Iran karena telah menyadari kekuatan kami,'' kata Vahidi
Netanyahu: Menyerang Iran Untungkan Negara Arab
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan jika Israel menyerang Iran, hal tersebut justru akan menguntungkan negara-negara Arab. Netanyahu mengungkapkan dengan hancurnya kekuatan Iran, maka ketegangan di Timur Tengah akan reda.
Netanyahu selalu membuat retorika untuk menyerang negeri para mullah tersebut dikarenakan program nuklir yang dicurigai dibuat senjata. Israel juga mengajukan banding kepada PBB dan sekutunya AS untuk segera mungkin membatasi gerak Teheran.
"Lima menit setelah serangan, saya yakin justru perasaan lega akan menyebar ke seluruh wilayah dan menghilangkap sikap skeptis terhadap rencana ini," ungkap Netanyahu dalam wawancaranya dengan majalah Prancis Paris Match.
Netanyahu sangat yakin tindakan menyerang Teheran akan bisa diterima semua kalangan. Hanya kritikus yang selama ini berkoar-koar tentang dampak serangan tersebut.
"Iran tidak populer di dunia Arab, pemerintah di wilayah tersebut tidak akur dengan mereka dan senjata nuklir Iran berbahaya bagi mereka bukan hanya Israel," imbuh Netanyahu seperti dilansir reuters.
Israel terus mendesak agar dilakukan serangan kepada Teheran karena menuding negara itu memiliki senjata nuklir. Namun Israel justru adalah di kawasan Timur Tengah yang diyakini memiliki senjata tersebut.
"Ketika hal itu penting dilakukan untuk masa depan Israel, dan memiliki kaitan dengan keamanan yang vital, maka kami tidak bisa menunggu (persetujuan). Bahkan (persetujuan dan dukungan) dari sekutu-sekutu terdekat dan terbesar kami," ujar Menteri Militer Israel, Ehud Barak, seperti dikutip dari Press TV, Kamis (1/11).
AS sebelumnya menolak ajakan Israel untuk menetapkan garis merah untuk program energi nuklir iran.
Pada Pertengahan Agustus, Presiden Israel, Shimon Peres juga telah mengesampingkan upaya-upaya serangan sepihak terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Ia mengatakan Tel Aviv akan membutuhkan bantuan Washington untuk menjalankan operasi militer terhadap Teheran.
Meski menyatakan siap menyerang Iran, pernyataan Barak itu mendapat kritikan dari publik, militer serta mantan pejabat intelijen Israel. Mereka memperingatkan langkah tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi menilai bahwa langkah rezim zionis yang akan melakukan serangan tak akan bisa terwujud.
Hal ini dikarenakan rezim Israel tak punya cukup kekuatan untuk menyerang negaranya.
''Rezim Israel tidak akan berani mengambil tindakan ''konyol'' terhadap Iran karena telah menyadari kekuatan kami,'' kata Vahidi
Netanyahu: Menyerang Iran Untungkan Negara Arab
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan jika Israel menyerang Iran, hal tersebut justru akan menguntungkan negara-negara Arab. Netanyahu mengungkapkan dengan hancurnya kekuatan Iran, maka ketegangan di Timur Tengah akan reda.
Netanyahu selalu membuat retorika untuk menyerang negeri para mullah tersebut dikarenakan program nuklir yang dicurigai dibuat senjata. Israel juga mengajukan banding kepada PBB dan sekutunya AS untuk segera mungkin membatasi gerak Teheran.
"Lima menit setelah serangan, saya yakin justru perasaan lega akan menyebar ke seluruh wilayah dan menghilangkap sikap skeptis terhadap rencana ini," ungkap Netanyahu dalam wawancaranya dengan majalah Prancis Paris Match.
Netanyahu sangat yakin tindakan menyerang Teheran akan bisa diterima semua kalangan. Hanya kritikus yang selama ini berkoar-koar tentang dampak serangan tersebut.
"Iran tidak populer di dunia Arab, pemerintah di wilayah tersebut tidak akur dengan mereka dan senjata nuklir Iran berbahaya bagi mereka bukan hanya Israel," imbuh Netanyahu seperti dilansir reuters.
Israel terus mendesak agar dilakukan serangan kepada Teheran karena menuding negara itu memiliki senjata nuklir. Namun Israel justru adalah di kawasan Timur Tengah yang diyakini memiliki senjata tersebut.
Sumber : Republika
No comments
Post a Comment