Mantan Raja Kamboja Norodom Sihanouk yang merupakan sosok berpengaruh di negeri itu meninggal dunia pada usia 89 tahun, demikian dinyatakan sejumlah pejabat resmi negara itu.
Raja Sihanouk meninggal akibat serangan jantung di Beijing, Cina, kata asisten pribadinya, Pangeran Sisowath Thomico seperti ditulis oleh kantor berita Kyodo.
Berita terkait
Mengenang keluarga yang sudah meninggal
Wartawan Kamboja divonis 20 tahun penjara
Penyakit misterius di Kamboja terpecahkan
Menurut Pangeran Thomico sang Raja mangkat pada Senin (15/10) pukul 02:25 dini hari waktu setempat.
Sihanouk menduduki kursi tahta tahun 1941 dan memimpin Kamboja menuntut kemerdekaan dari Prancis tahun 1953.
Meski kemudian menjalani masa pengasingan bertahun-tahun dan kmudian menyatakan turun tahta tahun 2004 karena kondisi kesehatannya yang memburuk, Raja Sihanouk tetap menjadi figur yang dicintai rakyatnya.
Kabar wafatnya Raja Sihanouk juga dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Nhik Bun Chhay seperti dikutip oleh kantor berita milik pemerintah Cina, Xinhua.
Namun belum ada penjelasan lanjut terkait hal ini.
Sihanouk lahir tahun 1922, dan merupakan sulung dari pasangan Raja Norodom Suramarit dan Ratu Kossamak.
Pendidikan dijalani di sekolah Prancis di Saigon dan Paris dan kemudian pemerintahan rezim Vichy di Prancis yang dikuasai Nazi, mengangkatnya ke puncak tahta sebagai Raja Kamboja tahun 1941.
Saat itu Sihanouk baru berusia 18 tahun dan dengan gelar Raja, mendahului ayahnya, Vichy berharap dirinya mudah dipengaruhi.
Penengah faksi
Namun kemudian justru dengan gelar raja, Sihanouk leluasa menggiatkan kampanye internasional menuntut kemerdekaan negerinya usai perang.
Tahun 1953 akhirnya Kamboja yang hampir seratus tahun dijajah Prancis merdeka tanpa pertumpahan darah. Dua tahun sesudah itu Sihanouk rela turun tahta agar ayahnya dapat menjadi Raja dan memegang jabatan sebagai perdana menteri merangkap menteri luar negeri Kamboja.
Kamboja memasuki masa kekelaman sejarah di tengah Perang Dingin tahun 1970an saat pemerintah Kerajaan meneken perjanjian dengan kelompok pemberontak komunis dukungan Vietnam, Khmer Merah.
Rezim brutal itu kemudian menguasai Kamboja hanya selama empat tahun dari 1975 hingga 1979, namun diyakini bertanggung jawab atas tewasnya lebih dari sejuta jiwa rakyat Kamboja, sebagian pengamat mengatakan hingga dua setengah juta jiwa, akibat kekejamannya.
Sihanouk juga mengutuk Khmer Merah atas kekejian ini, yang bahkan juga merenggut nyawa anak-anaknya.
Tahun 1991 PBB berhasil membujuk pemerintahan boneka dukungan Vietnam agar mundur dan Kamboja kemudian mengikuti jalur demokrasi, sehingga Sihanouk dapat kembali ke tahta kerajaan.
Semakin lanjut, peran Sihanouk kemudian adalah sekedar sebagai penengah antar faksi politik Kamboja yang kerap kisruh oleh intrik, sampai kemudian kondisi kesehatannya memburuk.
Meski banyak dianggap sebagai sosok yang otokratik, mudah meletup dan elitis, bagi rakyat Kamboja Sihanouk tetap dianggap sebagai figur bapak bangsa, sosok langka yang bertindak sebagai pilar penting ditengah puluhan tahun masa konflik dan pertumpahan darah.(BBC)
No comments
Post a Comment