Pemerintah Suriah terus menerus melancarkan serangan udara atas kota Azaz yang mengakibatkan mengakibatkan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.
AZAZ — Hampir tidak ada jendela yang tidak pecah di Azaz. Seperti pemilik toko perhiasan ini, warga tidak lagi mengganti kaca jendela yang pecah karena pemboman terus menerus oleh pasukan Pemerintah Suriah. Serangan udara di sana dimulai delapan bulan lalu setelah pemberontak merebut kota itu.
Lebih dari 80 persen orang di kota berpenduduk 55.000 itu telah mengungsi. Ratusan warga tewas, dan banyak lagi yang luka-luka.
Dua bom bulan lalu meledak dekat masjid berumur 700 tahun dan pasar di kota itu, menewaskan 35 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Sekarang hanya sedikit penjaja yang berusaha tetap berjualan di jalan yang semula dipadati pengunjung itu.
Abdullah Mahmoud mengatakan, kondisinya sulit. Harga sayur naik tiga kali lipat atau lebih sejak perang dimulai, dan orang tidak punya uang untuk berbelanja. Ia semula berpikir ingin pergi dari kota ini, tetapi ia tetap bertahan.
Ia mengatakan, “Saya perlu berjualan agar bisa hidup. Jika terjadi sesuatu yang buruk, itu adalah kehendak Allah; itu bisa saja terjadi. Saya tidak punya uang. Ke mana saya harus pergi?”
Alasan pengungsian warga sangat nyata di permukiman pertanian di pinggiran kota itu. Tiga minggu lalu, sembilan bom jatuh di kota itu.
Hanya satu yang meledak. Bom itu mencederai ipar laki-laki Mohamed Bakri, sepupu perempuannya, dan tiga anak. Mereka dikirim ke rumah sakit di Turki. Namun, kata Bakri, tidak ada kelompok pemberontak di wilayah itu.
Pemerintah Suriah mengatakan, sedang mengejar teroris dan tidak menjadikan warga sipil sasaran.
Ia mengatakan, “Saya rasa itu penembakan membabi buta. Mereka membom pasar dan tempat-tempat warga sipil lainnya. Pemerintah melancarkan balas dendam terhadap rakyat Suriah.”
Kebanyakan mereka yang melarikan diri dari serangan itu pergi ke tempat-tempat seperti ke ladang buah zaitun ini. Mereka berharap pesawat-pesawat Pemerintah Suriah tidak melakukan pemboman di sana, sehingga mereka bisa aman.
Petani Mahmoud Ashawi meninggalkan kota Azas dengan keluarganya yang terdiri dari sembilan orang setelah pemboman terhadap pasar itu. Sekitar 70 anggota keluarga besarnya sekarang tinggal di tenda-tenda di sana.
Ia mengatakan, “Bagi kami kondisi ini tidak terlalu buruk, tetapi kami perlu bekerja. Kami bisa pergi ke Azaz untuk bekerja sementara waktu. Tetapi, apabila kami mendengar suara jet-jet, kami lari. Mereka tidak membom setiap hari, tetapi, kalau mereka melakukannya, mereka membom warga sipil.”
Keluarga Ashawi telah mengajukan permohonan untuk tinggal di kamp Bab al-Salama, yang jumlah pengungsinya terus bertambah, tepat di sebelah perbatasan Turki. Jika permohonan itu diberikan, mereka akan termasuk dalam lebih dari 10.000 warga Suriah yang menunggu di kamp itu untuk menjadi pengungsi di Turki.(VOA)
No comments
Post a Comment