SAMO News - Sebuah kapal rumah sakit milik Angkatan Laut China telah berlabuh di dekat Ibu Kota Venezuela pada Sabtu (22/9), di tengah krisis ekonomi yang makin parah melanda negara anggota OPEC itu.
Laman VOA Merilis berita tentang, Kehadiran kapal tersebut menarik perhatian Amerika Serikat dan kekuatan dunia lainnya, kantor berita Associated Press melaporkan.
Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Parino menyambut kedatangan kapal AL Tentara Pembebasan Rakyat itu, yang bernama “Bahtera Perdamaian.” Kapal tersebut sedang melakukan lawatan ke-11 negara yang disebut tur “Mission Harmony.”
“Beginilah kalau mau melakukan diplomasi di dunia,” kata Padrino, “dengan langkah-langkah konkret kerja sama dan tidak menghasut mereka yang menginginkan perang.”
Perhatian pada lawatan itikad baik ini semakin besar sejak Pentagon mengumumkan pada Agustus pihaknya akan mengirim kapal rumah sakit, USNS Comfort, ke Kolombia yang bertetangga dengan Venezuela, untuk memberi pengobatan medis gratis bagi ribuan pengungsi Venezuela. Mereka meninggalkan tanah air mereka akibat kekurangan pangan dan obat-obatan.
Menhan AS Jim Mattis dalam kunjungan ke Kolombia bulan lalu, menyebut pengerahkan kapal itu sebagai sebuah misi kemanusiaan untuk menanggapi akibat dari salah urus ekonomi Venezuel oleh Presiden Nicolas Maduro. PBB memperkirakan sekitar 2,3 juta warga Venezuela telah melarikan diri dari negara yang dilanda krisis dalam beberapa tahun terakhir, terutama ke Kolombia, Ekuador, Peru, dan Brasil.
Krisis Ekonomi Venezuela
Pemerintah Venezuela mengeluarkan mata uang kertas baru Senin (20/08) menyusul hiperinflasi. Ribuan toko tutup Selasa (21/08) untuk penyesuaian mata uang baru itu.
Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi misalnya yang sebelumnya harganya 2,5 juta bolivar di ibu kota Caracas bulan lalu, kini harganya 25 bolivar. penarikan uang hanya dibatasi hanya 10 bolivar pada hari Selasa (21/08)
Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi kedutaan Indonesia di Caracas mengatakan acara makan bersama sekitar 20 orang dengan "menu makan siang biasa" terpaksa dibayar melalui transfer bank tambahan karena dana yang ada tidak cukup.
"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi sama restorannya di kasih nomor rekening untuk ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," cerita Tri Astuti tentang acara yang diadakan pada tanggal 14 Agustus lalu.
Dia bercerita acara makan siang itu dengan sajian kentang, kerang, ikan, dan ayam itu biasanya mencapai sekitar 500 juta pada awal tahun dengan jumlah orang yang sama.(VOA/BBC Indonesia)
No comments
Post a Comment