SAMO News

NASA ingin merevolusi perjalanan udara dengan Proyek X

NASA ingin merevolusi perjalanan udara dengan Proyek X

Berbagi berita ini ke teman




Dalam beberapa dekade terakhir desain pesawat terbang komersial nyaris tak mengalami perkembangan yang revolusioner.Kita tak melihat pesawat tanpa sayap atau tanpa ekor atau pesawat yang mampu belok 180 derajat di udara. Pesawat yang beroperasi dewasa ini juga masih dianggap terlalu bising dan tak terlalu ramah lingkungan.

Mungkin karena faktor-faktor inilah, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), menghidupkan kembali proyek ‘Pesawat X’ yang dikembangkan setelah Perang Dunia II.

Ternyata, pesawat-pesawat yang dikembangkan proyek ini sangat eksotis, revolusioner, dan bisa jadi akan mengubah perjalanan udara di masa depan.


Pesawat kecil dengan hidung runcing ini masuk dalam sejarah penerbangan karena saat diujicobakan di Gurun California Selatan pada 1947 berhasil terbang menyamai kecepatan suara atau sekitar 1.225 km/jam.

Dalam dunia penerbangan, kecepatan ini biasa disebut Mach Satu.

Dalam periode 60 tahun berikutnya, Proyek X melahirkan pesawat-pesawat hebat seperti X-13 yang bisa lepas landas secara vertikal, yang membuatnya disebut vertijet.






Pegang rekor
Kemudian ada X-31A, pesawat militer yang bisa berbelok 180 derajat di udara.Ini luar biasa karena pesawat konvensional akan terpental jika coba-coba melakukan manuver tersebut.

Pesawat X-43A sementara ini memiliki bobot yang lebih ringan karena tak harus membawa oksigen untuk membakar avtur. Lantas, dari mana oksigen didepat?Para perancang X-43A mendapatkan oksigen dengan menghisap oksigen di atmosfir ketika pesawat berada di udara.

Ketika diujicobakan, X-43A adalah pesawat tercepat di muka Bumi setelah berhasil melaju sembilan kali kecepatan suara atau 7.310 mil/jam.

X-43A digantikan oleh X-51A yang sampai sekarang memegang rekor sebagai pesawat dengan penerbangan supersonik terlama.

Persoalannya adalah, pesawat-pesawat yang terbang menyamai atau melebihi kecepatan suara ini punya satu kelemahan besar: sangat bising.

Sebegitu bisingnya sampai muncul protes dari publik ketika Angkatan Udara melakukan sejumlah uji coba penerbangan supersonik pada 1950-an dan 1960-an.

Pada 1967, hanya dalam periode tiga bulan, Angkatan Udara harus mengeluarkan kompensasi sebesar US$3,8 juta untuk warga yang mengajukan keberatan.

Itulah sebanya, NASA mencoba untuk mencari solusi atas teknologi abad ke-20 tersebut.






Dobrak batasan penerbangan

Intinya adalah menciptakan pesawat supersonik yang tidak bising atau Quiet Supersonic Technology (QueSST).

Bunyi dahsyat (mirip petir) yang menyertai pesawat supersonik diakibatkan oleh gelombang kejut (shockwave), yang muncul ketika pesawat terbang di udara.

Penelitian di terowongan angin menunjukkan, desain pesawat bisa meminimalkan bunyi dahsyat tersebut.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) belum mengeluarkan rinciannya, tapi desain awal mencakup menghapus sayap konvensional dengan sayap yang menyatu dengan bodi pesawat, mirip dengan ikan pari manta ray.




NASA juga berambisi mengurangi jejak karbon dengan harapan memangkas konsumsi bahan bakar hingga setengahnya dan emisi karbon hingga 75%.

X-57 sementara itu akan menjadi pesawat listrik murni yang pertama di dunia.

Tenaga X-57 berasal dari 14 motor yang menggunakan sumber energi terbarukan.

Tim perancang menamai X-57 Maxwell sebagai penghormatan kepada James Clerk Maxwell, bapak fisika modern.

Semua penelitian ini bagi NASA adalah kesempatan untuk mendobrak batasan penerbangan.

Bagi publik secara umum dan pemakai jasa perjalanan udara, tentu saja ini adalah perkembangan yang sangat menggembirakan.

Siapa yang tak ingin bisa terbang dari London ke New York hanya dalam waktu kurang dari tiga jam?

Versi bahasa Inggris artikel ini: NASA wants to bring back the era of the "X planes", dan tulisan-tulisan lain sejenis bisa Anda baca di BBC Future.

No comments