SAMO News -- Rusia menyeru semua pihak untuk bertanggung jawab dan menahan diri, setelah Korea Utara mengumumkan "keadaan perang" dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
"Kami mengharapkan semua pihak menunjukkan tanggung jawab maksimum dan menahan diri dan tidak satu pihak pun melintasi garis itu karena setelah itu tidak akan ada jalan untuk kembali," kata Grigory Logvinov, pejabat kementerian luar negeri Rusia yang ditugasi menangani masalah Korea Utara kepada kantor berita Interfax.
"Tentu saja kita tidak dapat tetap terus berbeda apabila ketegangan meningkat di perbatasan timur kita," kata diplomat Rusia itu. "Kita tidak perlu terburu-buru".
Logvinov mengatakan Rusia "tetap menjalin kontak" dengan mitra-mitranya yang terlibat dalam perundingan nuklir enam negara, termasuk dua Korea, China, AS, dan Jepang.
Utara umumkan keadaan perang dengan Selatan
Sabtu ini Korea Utara secara resmi mengatakan masuk "keadaan perang" dengan Korea Selatan dan mengingatkan setiap provokasi akan dengan cepat merembet menjadi perang nuklir.
"Mulai sekarang, hubungan antar-Korea memasuki keadaan perang dan semua masalah antar dua Korea akan ditangani menurut protokol masa perang," kata Utara dalam pernyataan yang ditujukan kepada semua lembaga di negara tersebut, seperti dilaporkan AFP.
Pengumuman ini adalah ancaman terkeras baru dari Pyongyang, selaras dengan peringatan keras serupa dari Korea Selatan dan Amerika Serikat yang membangkitkan kekhawatiran dunia bahwa situasi akan menjadi tak terkendali.
"Situasi di Semenanjung Korea yang tak lama tak jelas apakai dalam keadaan damai atau perang, akhirnya berakhir," kutip pernyataan Utara seperti disiarkan kantor berita Utara KCNA.
Dua Korea masih berstatus perang karena Perang Korea 1950-1953 diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Utara memperingkatkan bahwa setiap provokasi milite dekat bumi dan perairan Korea akan menciptakan "sebuah konflik skala luas dan perang nuklir".
China dan Russia meminta kedua pihak bekerjasama mencegah situasi agar tidak memburuk. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov khawatir keadaan menjadi di luar kendali.
Sementara Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menandaskan Washington tak akan bisa digertak Pyongyang, sebaliknya bersiap menghadapi setiap kemungkinan.
Para analis menggarisbawahi bahwa ancaman dan kontra-ancaman menjadi unsur kondisional bagi kedua belah pihak mengenai siapa yang bertindak duluan, demikian AFP.
No comments
Post a Comment