SAMO News - Malaysia kena batu; nafsu mereka untuk mencaplok dan tetap menguasai wilayah yang bukan merupakan milik mereka, kali ini mendapat perlawanan keras dari tentara Kesultanan Sulu, Filipina Selatan. Konflik senjata yang berawal dari yang tuntutan Kesultanan Sulu kepada Malasyia agar melakukan negoisasi ulang persewaan kawasan Sabah di Utara Pulau Kalimantan (Malasya hanya melanjutkan, apa yang telah dilakukan Inggris pada abad 19).
Tuntutan dari Kesultanan Sulu tersebut, ternyata disambut oleh Malaysia dengan pengepungan kawasan Tanduo (yang merupakan “basis untuk membebaskan Sabah dari Malasya”) oleh Maritim dan Tentara Diraja Malaysia, sambil mengultimatum tentara Kesultanan Sulu keluar dari kawasan Tanduo.
Ultimatum dan seruan Tentara Diraja Malasya tersebut, tak membuat gentar Raja Muda Azzumudie yang memimpin tentara Kesultanan Sulu di kawasan Tanduo. Perang pun pecah antar kedua pasukan, dan sampai saat ini, sudah lebih dari selusin orang tewas.
Dari news yang ada pada media, perang antara Malasya dan Kesultanan Sulu terasa aneh; aneh karena yang disebut Kesultanan Sulu tersebut adalah bagian dari Republik Filiphina. Namun, Malasya tidak berperang dengan Filphina, melainkan tentara Kesultanan Sulu.
Lalu, siapa mereka!? Menurut news yang ada pada media Filiphina, tertara yang berperang dengan Malasya tersebut berasal dari atau tadinya bergabung dnegan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf. Tetapi, dugaan tersebut belum bisa dibenarkan, karena masih simpang siur.
Dengan demikian, perang antara Malasya dan Kesultanan Sulu itu, belum merupakn berita perang yang sesungguhnya; dalam arti adanya peliputan wartawan perang serta munculnya tanggapan internasional. Bahkan, organisasi negara-negara Asia Tenggara pun masih diam, dan tak banyak pernyataan yang keluar dari para kepala negara-negara Asean.
Di balik semuanya itu, perlawanan Kesultanan Sulu patut diapresiasi, karena walau mereka tak mempunyai perlengkapan perang secanggih dan lengkap Tentara Diraja Malaysia, tapi berani melawan dan mempertahankan tiap jengkal tanah. Dan itu mereka lakukan dengan pengorbanan darah, serta ada korban jiwa di kedua belah pihak.
Sangat beda dengan RI dan TNI, yang cenderung atau bahkan mengalah terhadap kelakuan Malasya di wilayah perbatasan dengan RI (di laut maupun daratan). Bahkan, telah ada korban akibat ulah Malaysia, namun pemerintah tetap diam. RI perlu belajar dari Kesulyanan Sulu, untuk hadapi Malaysia.
(kompasiana)
No comments
Post a Comment