Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo, untuk pertama kalinya menjelaskan kepada DPR alasan pembelian tank Leopard bekas dari Belanda.
Dalam rapat dengar pendapat yang juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Purnomo, Yusgiantoro, Letjen Pramono mengatakan salah satu alasan pemilihan tank tersebut dan pembelian senjata baru lainnya adalah untuk mengimbangi kekuatan dengan sejumlah negara tetangga.
"Kami bukan ingin bersaing tetapi hanya ingin menyamakan saja dengan teknologi mereka, jadi kalau kami latihan sekelas," kata Pramono kepada para anggota Komisi I DPR, Selasa (24/01).
Dia menambakan mengatakan tank Leopard mempunyai teknologi yang cukup baik dan digunakan oleh hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara.
"Hanya Filipina, Timor Leste, dan Papua Nugini yang tidak mempunyai tank jenis ini."
Menanggapi sikap Parlemen Belanda yang menolak penjualan tank tersebut, Pramono mengatakan militer Belanda telah berjanji untuk melakukan lobi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun sejauh ini TNI juga sudah siap untuk membeli tank Leopard dari negara lain.
"Sebetulnya kami juga menempuh dua tempat (cat. selain Belanda) yaitu Jerman yang membuat Leopard sebagai pembanding," jelas Letjen Pramono.
Belum disetujui DPR
"Kami bukan ingin bersaing tetapi hanya ingin menyamakan saja dengan teknologi mereka jadi kalau kami latihan sekelas"
Pramono Edhie Wibowo
Selain berencana membeli tank, TNI juga berniat membeli peluncur roket jarak jauh atau MLRS (Multiple Launch Rocket System).
"Kami ingin membeli MLRS sekelas dengan Singapura yang jarak tembaknya kalau biasa 70 kilometer tapi jika dengan GPS bisa 300 kilometer. Malaysia sudah lama memilikinya."
Sambil setengah bergurau dia menjelaskan bahwa pembelian MLRS bisa mengatasi persoalan pencabutan patok di wilayah-wilayah perbatasan yang diduga dilakukan oleh negara tetangga itu.
"Maaf, mau cabut patok, gue sikat. Kalau itu dipasang di Tanjung Pinang hitung saja sendiri," katanya.
Komisi I DPR masih belum memberikan persetujuan soal rencana pembelian senjata yang diajukan oleh Kementerian Pertahanan.
Sejumlah anggota Komisi I DPR tidak mendukung rencana pembelian jenis senjata yang diajukan Kementerian Pertahanan, yang mencakup tank jenis Leopard dari Belanda.
Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hassanudin, misalnya sempat mempertanyakan kepentingan dari pembelian tank Leopard.
''Seperti apa hakekat ancaman ke Indonesia?'' tanya Tubagus.
Dia juga menilai Leopard tidak cocok dengan kondisi alam Indonesia dan menyarankan Kementerian Pertahanan memilih jenis tank kelas medium dan ringan.
Selain cocok dengan medan di Indonesia, juga sudah mulai diproduksi oleh PT Pindad.
''Mengapa tidak kita kembangkan saja tank-tank yang memang menurut penelitian dan pengembangan kementerian cocok (untuk Indonesia), yaitu kelas medium.''(BBC)
No comments
Post a Comment