Di mata media massa Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Leon Panetta selama ini dikenal sebagai pejabat yang kalem dan tidak emosional. Latar berlakangnya sebagai politisi dan mantan direktur badan intelijen CIA membuat dia selalu berbicara secara terukur, diplomatis, dan tidak mudah terpancing oleh media untuk melontarkan pernyataan kontroversial.
Namun, pada hari-hari terakhir masa jabatannya sebagai menteri pertahanan pekan ini, Panetta tampak berbicara lepas, apa adanya. Dia memperlihatkannya saat berpidato di depan para mahasiswa di Universitas Georgetown, Washington DC, Rabu waktu setempat.
Saat berceramah, Panetta secara implisit mengutarakan rasa frustrasinya atas krisis anggaran pemerintah, yang kini turut menerpa jajaran militer. Dia tidak segan melontarkan kalimat-kalimat yang "pedas" bagi para politisi Amerika di Kongres yang punya kuasa untuk mengucurkan anggaran.
Kepentingan politik di Kongres, bagi Panetta, telah mempertaruhkan kepentingan keamanan nasional, merujuk pada berlarut-larutnya perbedaan sikap antara Partai Republik yang beroposisi dan Partai Demokrat yang memerintah dalam penyusunan anggaran bagi pemerintah, termasuk untuk militer, dalam beberapa tahun terakhir.
Krisis ekonomi yang melanda AS belakangan ini membuat politik anggaran di parlemen kian ruwet. Kepentingan keamanan dan militer pun turut jadi korban perdebatan para politisi.
"Sulit untuk dipercaya, jujur saja, bahwa Kongres berdiam diri membiarkan pertahanan, ekonomi, dan kualitas hidup Amerika menjadi rusak," kata Panetta. "Lagi-lagi mereka (para anggota Kongres) menunda keputusan dan malah terjerumus kepada kepentingan partai masing-masing, kebuntuan, dan saling tuduh siapa yang salah," lanjut Panetta.
Pernah menjadi anggota DPR dan memimpin Komisi Anggaran, Panetta dalam nada-nada pidatonya memang terlihat kesal dengan ulah para anggota Kongres sekarang yang terus berdebat membahas anggaran untuk pemerintah. "Bukan begitu caranya memerintah Amerika Serikat," kata Panetta, yang segera diganti oleh politisi dari Partai Republik, Chuck Hagel - tergantung dari persetujuan Kongres.
Panetta memperingatkan, bila anggaran keamanan tidak kunjung cair juga, kredibilitas Amerika sebagai kekuatan adidaya tengah dipertaruhkan dan terancam runtuh bila tidak segera didanai secara rutin. Dia menyinggung krisis anggaran di tubuh pemerintah yang kini turut mengancam keamanan nasional AS.
Bila tidak segera diatasi, lanjut Panetta, Pentagon harus segera memotong anggaran belanja sebesar US$46 miliar dalam tujuh bulan ke depan. Pemangkasan itu bakal berlaku mulai 1 Maret 2013 bila tidak ada keputusan berarti dari Kongres. Selain menunda sejumlah misi, Pentagon harus mengurangi personel dalam menghadapi pemangkasan anggaran itu.
"Ini bukan main-main, ini kenyataan," kata Panetta, dalam pidato yang juga dikutip harian The New York Times. Perdebatan tak berujung di Kongres selama ini tidak saja secara serius merusak ekonomi Amerika yang sudah rapuh. "Ini juga akan menurunkan kemampuan kita dalam menanggapi krisis secara tepat di tengah meningkatnya instabilitas di penjuru dunia," lanjut dia.
Pengurangan Staf
Setidaknya, ungkap Panetta, ada 800.000 staf sipil yang bakal dirumahkan selama 22 hari kerja. Angkatan Laut AS juga harus mengurangi operasi di kawasan barat Pasifik hingga sepertiganya. Angkatan Udara pun harus mengurangi jam terbang pesawat-pesawat mereka.
Pentagon, yang sudah menerapkan pengurangan belanja pertahanan selama sepuluh tahun sebesar US$487 miliar, bakal menghadapi lagi kemungkinan pemangkasan sebesar US$500 miliar untuk satu dekade mendatang bila tidak ada dana segar yang disetujui Kongres.
Angkatan Laut sudah siap-siap mengurangi anggaran jangka pendek sekitar US$6,3 miliar. Ini termasuk membatalkan proyek perawatan puluhan kapal dan pesawat selama triwulan ketiga dan keempat tahun ini. Mereka pun harus mengurangi jam operasi kapal dan pesawat sekaligus memutuskan kontrak bagi 1.121 pekerja temporer, yang kebanyakan bekerja di galangan kapal dan pangkalan.
Tidak hanya itu, bila pemotongan anggaran untuk militer otomatis berlaku 1 Maret mendatang, Angkatan Laut harus mempertimbangkan lagi pengurangan jumlah kelompok tempur berbasis kapal induk di Timur Tengah, dari dua menjadi satu. Jam terbang pesawat-pesawat di kapal induk di Timur Tengah harus dikurangi 55 persen dan membatalkan pengerahan sejumlah kapal selam.
Angkatan Laut juga mempertimbangkan pengurangan jumlah operasi di Armada Ketujuh, yang beroperasi dari Semenanjung Korea, Guam, hingga perairan Australia dan sekitarnya. Dampaknya, jumlah kapal, pesawat, dan latihan bersama dengan negara-negara lain bisa dikurangi.
Angkatan Udara AS juga harus mengantisipasi skenario yang sama. Mereka siap-siap memangkas pemesanan jet tempur tercanggih F-35 buatan Lockheen Martin Corp dan merestrukturisasi kontrak jasa tanker bahan bakar sebesar US$52 miliar dengan Boeing Co. Jam operasional pesawat di jajaran Angkatan Udara juga harus dikurangi 18 persen bila dana segar tak kunjung datang.
Sementara itu, Angkatan Darat pun harus merumahkan 1.300 staf temporer dan memangkas operasi dasar hingga 30 persen. Angkatan Darat juga harus membatalkan proyek perawatan mesin tempur darat dan udara selama triwulan ketiga dan keempat, demikian ungkap rancangan rencana yang dihimpun AOL Defense.
Tidak hanya itu, Angkatan Darat juga harus memangkas lagi biaya perawatan kendaraan, senjata, dan radio. Bila perlu harus merumahkan semua staf sipil selama 22 hari.
Panetta juga mengungkapkan bahwa Pentagon harus mengurangi program pelatihan dan pemeliharaan di Angkatan Darat, termasuk "mengurangi tingkat kesiapan" bagi dua pertiga tim tempur brigade yang bertugas aktif di luar Afganistan. Ini berarti, ungkap sumber AD kepada New York Times, mengurangi porsi latihan di beberapa pangkalan seperti Fort Irwin dan Fort Polk bagi para prajurit yang disiapkan untuk terjun ke wilayah-wilayah krisis di penjuru dunia.
Anggaran operasional tahunan Pentagon saat ini, untuk tahun fiskal yang berakhir 30 September 2013, sebesar US$534 miliar. Ini ditambah US$88 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan perang di Afganistan. Bila diterapkan, pemangkasan anggaran besar-besaran bagi Pentagon bisa mencapai US$622 miliar, termasuk sejumlah dana tambahan yang belum dipakai di tahun-tahun sebelumnya.
Tunda Operasi
Masalah anggaran di tubuh Pentagon ini langsung "memakan korban." Beberapa jam setelah Menteri Panetta mengeluarkan uneg-unegnya di Kampus George Washington, dia mengeluarkan perintah bahwa pengerahan suatu gugus tugas tempur AS berbasis kapal induk ke Timur Tengah harus ditunda.
Menurut kantor berita Reuters, tadinya militer AS bersiap mengirim gugus tugas tempur maritim, yang terdiri dari kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal peluncur rudal USS Gettysburg pekan ini ke Timur Tengah untuk menanggapi gejolak keamanan di kawasan itu. Namun pengerahan itu tidak bisa terlaksana karena terganjal anggaran yang belum menentu, ungkap juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon), George Little.
"Menghadapi ketidakpastian anggaran, Angkatan Laut AS terpaksa membuat keputusan demikian dan ini disetujui Bapak Menteri," kata Little. "Keputusan yang bijaksana ini membuat Angkatan Laut AS bisa menyiapkan kapal-kapalnya untuk dikerahkan sesegera mungkin bilamana diperlukan untuk menanggapi gangguan keamanan nasional yang bersifat genting," lanjut Little.
Situasi itu membuat AS kini hanya bisa menempatkan satu kapal induk di perairan Timur Tengah, yang tengah bergejolak. Perang saudara di Suriah kian memanas dan negara-negara yang baru saja berganti rezim seperti di Suriah, Tunisia, dan Libya masih belum stabil.
Palestina dan Israel pun tetap saja berseteru. Bahkan, Israel dan AS kini menganggap Iran sebagai ancaman serius di Timur Tengah karena curiga dengan kepemilikan teknologi nuklir yang sedang dikembangkan negara itu. (eh)
No comments
Post a Comment