Biaya pembuatan robot pengambil bom milik SMK Pengudi Luhur Leonardo Klaten lebih murah jika dibandingkan dengan robot dengan fungsi sama milik Polri yang harganya mencapai ratusan juta. Meski baru berupa prototipe robot pengambil bom, dua remaja itu mengaku bangga.
“Untuk membuat robot generasi ketiga ini memerlukan biaya sekitar Rp 25 juta, dibandingkan generasi kedua yang hanya Rp 8 juta. Tentu saja bangga namun tidak boleh besar kepala,” ucap Agur Yake (17), siswa kelas XI jurusan teknik mekatronika, SMK Pangudi Luhur Leonardo, di Klaten, Selasa (29/1/2013)
Namun, pembuat mengakui bahwa robot berwujud prototipe itu masih membutuhkan perbaikan untuk menjadi lebih baik lagi. “Untuk pengendaliannya nanti akan digunakan joy stick supaya pergerakannya lebih cepat. Pasalnya, pengendalian dengan laptop ini masih menggunakan kode,” terangnya.
Kedepannya, Agur dan Bernardus Ardi Wijaya Kusuma (17), keduanya pembuat robot itu berencana mengembangkan prototipe tersebut menjadi prototipe lain yang berfungsi sebagai alat transportasi. Namun, mereka masih merahasikan prototipe apa yang akan diciptakan lagi.
Meski bangga dengan karya mereka, namun kata belum puas dengan hasil buatan mereka menjadi pemicu untuk dapat lebih baik lagi.
“Rencana nanti bisa dikembangkan ke arah alat transportasi. Alat transportasi apa kita lihat saja nanti. Pasalnya prototipe generasi ketiga ini dapat mengangkut orang seberat 60 kilogram saat diuji,” tambahnya.
Robot anti teror generasi ketiga, sistemnya lebih simple. Meski tanpa menggunakan sensor, namun robot telah dilengkapi kamera dengan kualitas bagus, dapat dikendalikan dalam jarak jauh, dan bisa menaiki tangga. Ditambah lagi memiliki bodi yang lebih solid dan berukuran lebih besar.
No comments
Post a Comment