Pengunjung
mengamati beberapa produk militer produksi PT. Pindad pada pameran
RHari Kebangkitan Teknologi Nasional di Sasana Budaya Ganesha, Bandung,
Jawa Barat, Rabu (8/8). TEMPO/Prima Mulia
Edhie mengatakan TNI AD wajib menggunakan piranti utama militer yang sudah mampu diproduksi lokal. "Ada keunggulan tersendiri, antara lain mudah diperbaiki," ujar dia. Alutsista lokal, kata Edhie, mudah dicari suku cadangnya. "Bandingkan dengan barang produksi luar negeri yang harus kita pelajari dulu proses operasi ataupun perbaikan."
Dia mencontohkan panser Anoa buatan Pindad yang mudah diperbaiki pasukan. "Softbreaker rusak bisa segera diperbaiki sendiri. Tidak repot," kata dia.
Namun Edhie mengakui adanya sejumlah kelemahan industri dalam negeri. "Untuk teknologi, masih banyak yang belum kita kuasai," ujar adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Alutsista dari luar negeri, kata Edhie, akan diambil selama sesuai kebutuhan TNI AD. "Namun tak menggerus keuangan negara karena kami membuka skema government to government."
Berkaitan Rancangan Undang-undang Industri Pertahanan yang sudah disetujui oleh DPR pada 2 Oktober lalu, Edhie menyambut baik. "Tanpa (RUU Inhan) diketok pun, kami wajib menggunakan alutsista lokal sepanjang memenuhi syarat," ujar dia.
Edhie berharap industri pertahanan lokal dapat meningkatkan teknologinya. "Semoga semakin bisa disempurnakan," kata dia. Alutsista lokal sangat mampu untuk berjaya dan dihargai karena selalu mengalami penyempurnaan. "Itu sebabnya banyak dilirik negara tetangga dan bisa diekspor."
Sumber : TEMPO
No comments
Post a Comment