SAMO News

Prajurit Raider Kostrad Menyergap 5 orang,  2 Berhasil Tembak Mati Salah Satunya  Diduga Santoso

Prajurit Raider Kostrad Menyergap 5 orang, 2 Berhasil Tembak Mati Salah Satunya Diduga Santoso

Berbagi berita ini ke teman

Prajurit Kostrad dari satuan bataliyon Infantri Kostrad 515/Raider, menyergap 5 orang kelompok pengacau keamanan, 3 orang berhasil melarikan diri saat diadakan penyergapan, dan 2 berhasil ditembak mati. Satu diantaranya diduga pemimpin kelompok pengacau keamanan yaitu Santoso. Sebuah senjata api jenis M16 berhasil disita.

Namun kepastian salah satu jenazah adalah Santoso masih menunggu akan melakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA). Sulitnya jalan menuju lokasi membuat dua jenazah masih belum dievakuasi.

Kapuspen TNI, Mayjen Tatang Sulaiman mengatakan, dua pria teroris tewas yang salah satunya diduga Santoso itu tewas usai ditembak prajurit Para Raider Kostrad yang juga tergabung di Satgas Tinombala. Baku tembak itu terjadi pada Senin (18/7) sekira pukul 17.00-17.30 WITA.

"Kontak tembak dari satuan tembak batalion 515 Kostrad, tim penembak masih belum jelas. Yang jelas tim satgas penugasan pengejaran Santoso penembakan terjadi pada 17.00-17.30 waktu Poso dengan lima orang, dua meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso," kata Tatang kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/7).

Tatang mengatakan, Satgas Tinombala juga mengamankan satu pucuk senjata M16 diduga milik kelompok Santoso. Menurut Tatang, namun informasi selanjutnya masih menunggu keterangan dari polisi.
"Saat ini terakhir informasi yang saya dapat masih dilakukan evakuasi, dengan satu pucuk M16. Di tengah hutan koordinatnya saya susah untuk menyebutkan," kata Tatang.

Dari pihak kepolisian RI, Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Rudy Sufahriadi membenarkan anggota batalyon Raider 515 Kostrad yang menembak mati dua anggota Majelis Indonesia Timur (MIT) pimpinan Abu Wardah alias Santoso di pegunungan desa Tambarana, Pesisir Utara Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7)

Dalam jumpa pers di Mabes Polri, Juru bicara polisi, Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyebutkan informasi pembanding itu antara lain melalui cara tradisional, yakni identifikasi kasat mata oleh keluarga dan kawan-kawan Santoso, maupun pemeriksaan DNA.


Dari berbagai ciri fisik berdasar data polisi semasa Santoso menjadi tahanan, katanya, kemungkinan salah satu yang tewas tertembak itu memang Santoso.

"Berjanggut, berambut gondrong, ada tahi lalat. Tetapi kita harus memastikan dengan cara-cara yang lebih akurat," kata Boy Rafli.

"Para anggota keluarga (Santoso) –ayah dan ibu sedang diupayakan... Kawan-kawannya yang sudah tertangkap atau menyerahkan diri juga akan diminta mengidentifikasi."

"Jadi secara simultan (proses indentifikasi) sedang berjalan."

"Yang penting menghadirkan jenazah dulu. Lalu menghadirkan pembanding untuk identifikasi dari jenazah yang diduga Santoso."

Jenazah itu masih berada di Poso, untuk dibawa ke Palu, dan selanjutnya diterbangkan ke Jakarta, hari Selasa (19/7) ini juga.

Boy Rafli menyebut, polisi yakin bahwa identifikasi secara kasat mata itu akan bisa memastikan apakah benar yang tertembak mati itu adalah Santoso, tokoh terduga teroris paling dicari.

"Namun nantinya tetap akan didukung pemeriksaan secara forensik dan laboratoris, berupa pencocokan DNA, yang bisa memakan waktu tiga hingga empat hari," tambah Boy Rafli.



No comments