SAMO News

Perang saudara di Suriah Bisa Menjadi Lebih Sengit

Perang saudara di Suriah Bisa Menjadi Lebih Sengit

Berbagi berita ini ke teman

Para pakar mengatakan, perang saudara yang telah berlangsung lebih dari dua tahun tersebut mungkin telah menjadi lebih sengit dengan rencana pemusnahan senjata kimia Suriah.


Sementara para diplomat dunia bekerja di New York untuk menggarap sebuah persetujuan mengenai pemusnahan senjata kimia Suriah, dan tim penyelidik PBB kembali bertolak ke Suriah, para pakar mengatakan, perang saudara yang telah berlangsung lebih dari dua tahun tersebut mungkin telah menjadi lebih sengit.

Suriah bisa kehilangan semua atau sebagian besar senjata kimianya, yang memberinya kekuatan atas pasukan pemberontak. Para pakar mengatakan, hal itu dapat mengakibatkan serangan-serangan yang kian meningkat dari kedua pihak.

Pensiunan militer Inggris, Brigadir Jenderal Ben Barry, yang kini bekerja pada “International Institute for Strategic Studies,” mengemukakan, dengan hilangnya senjata kimianya, pemerintah Suriah mungkin akan memanfaatkan penggunaan aset militernya yang lain.

“Pemusnahan senjata kimia tersebut melenyapkan elemen ekstra militer Suriah. Tetapi, tentu saja, rezim itu masih memiliki banyak persenjataan berat lainnya, termasuk tank-tank, mortir, artileri dan roket-roket, yang merupakan bagian kekuatan militer yang jauh lebih besar.”

Menurut para pakar lembaga International Institute for Strategic Studies Institute, serangan senjata kimia bulan lalu dan ketiadaan respon
militer negara-negara Barat, telah mengecewakan pemberontak dan membuat mereka merasa diabaikan. Tambah para pakar tadi, hal itu akan menjadikan pemberontak lebih agresif di medan perang.

Emile Hokayem peneliti senior di pusat kajian Timur Tengah lembaga tadi mengutarakan, “Sesungguhnya, saya pikir dalam bulan-bulan mendatang, pertempuran akan kian meluas, dan kita mungkin akan menyaksikan lebih banyak pembantaian, karena terdapat perasaan bahwa bantuan dari luar tak akan datang; jadi semua merasa bebas bertindak.”

Ini akan lebih menyulitkan tim inspektur PBB untuk menemukan dan menghancurkan atau memindahkan senjata kimia Suriah. Namun, jika Rusia mengekang pasukan pemerintah Suriah dan negara-negara Barat meyakinkan pihak pemberontak untuk tidak campur tangan dalam tugas tim inspektur , Sekretaris Jenderal PBB menduga rencana ini akan berhasil.

"Kedua pihak yang mempunyai pengaruh terhadap pasukan pemerintah dan pasukan oposisi dapat memberi tekanan politik. Saya pikir rencana pemindahan senjata kimia tersebut akan dapat terlaksana," kata Ban Ki-moon.

Ini akan teruji pekan ini, sewaktu tim inspektur bertolak ke Suriah. Para pakar tidak yakin bahwa kerjasama akan menjadi prioritas, baik bagi pemerintah maupun pihak pemberontak.(AP)

No comments