Bogota SAMO News -- Sedikitnya tujuh gerilyawan FARC tewas dalam bentrokan di sebuah daerah pedesaan di Kolombia baratdaya, kata militer, Minggu.
Pasukan juga menyita enam senapan, dua pistol, peledak, granat dan senjata lain setelah bentrokan Sabtu di provinsi Narino, dekat perbatasan dengan Ekuador, kata Jendral Leonardo Barrero, lapor AFP.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
Sejak November kelompok itu melakukan perundingan dengan pemerintah Kolombia, meski bentrokan-bentrokan terus berlangsung tanpa adanya gencatan senjata.
Perundingan di Havana yang dimulai pada 19 November itu hingga kini masih terpusat pada masalah sensitif reformasi tanah.
Distribusi tanah merupakan salah satu penyulut konflik puluhan tahun di Kolombia, dimana terjadi ketimpangan yang dalam antara pemilik tanah yang kaya dan petani yang miskin.
Pemerintah Kolombia dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Pemimpin FARC Timoleon Jimenez membantah bahwa negosiasi dengan pemerintah mengisyaratkan gerilyawan berniat segera menyerahkan diri.
Pemimpin FARC itu mengatakan, kesenjangan kaya-miskin di Kolombia harus menjadi salah satu masalah yang dibahas dalam perundingan.(AFP)
No comments
Post a Comment