Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, akan memanfaatkan pidato kenegaraannya, Selasa besok, menyerukan pengurangan drastis persenjataan nuklir di seluruh dunia, kata The New York Times, Minggu malam.
Mengutip pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya, surat kabar itu mengatakan, pada beberapa bulan terakhir Obama telah mengamankan kesepakatan dengan militer bahwa kekuatan nuklirnya dapat dikurangi sampai sekitar sepertiga dari jumlah saat ini.
Dalam pidatonya, Obama tampaknya tidak mungkin menyebut jumlah persis pengurangan itu, tetapi para pejabat Gedung Putih sedang mencermati, angka itu hingga 1.000.
Saat ini, Amerika Serikat memiliki sekitar 1.700 senjata nuklir, dan perjanjian pengurangan senjata strategis baru dengan Rusia --START Baru-- yang disepakati Senat pada akhir 2009 mengimbau untuk batas sekitar 1.550 pada 2018.
Namun Obama "percaya bahwa kita dapat membuat pengurangan yang cukup radikal - dan menyimpan banyak uang - tanpa mengorbankan keamanan Amerika dalam periode kedua pemerintahannya.
AS inginkan Iran lebih terbuka tentang nuklirnya
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Sabtu menyerukan kepada Iran agar terbuka kepada masyarakat dunia mengenai program nuklirnya.
John Kerry mengatakan pintu dialog masih terbuka untuk Iran. Dia ingin pembicaraan lebih intensif antara Iran dengan kelompok P5+1 yang terdiri dari Inggris, China, Prancis, Rusia, AS dan Jerman pada 26 Februari di Kazakhstan.
"Saya ingin menggarisbawahi Iran. Pintu untuk diplomasi masih terbuka," kata dia seusai melakukan pertemuan dengan Menlu Kanada John baird di Kantor Deplu AS.
"Dan kami akan terus memberlakukan kebijakan dua jalan dengan menekan Iran dan keterlibatan kami di sana."
"Masyarakat internasional siap untuk merespon jika Iran bersedia melakukan pembicaraan tentang program nuklir mereka," kata Kerry.
"Jika mereka memilih bungkam berarti mereka ingin terisolasi oleh dunia," kata dia.
Menlu Kanada John Baird mengatakan bahwa pengembangan senjata nuklir Iran sebagai ancaman terbesar bagi kedamaian dan keamanan internasional.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Kamis mengesampingkan tawaran pembicaraan bilateral dengan AS seperti usul Wakil Presiden AS Joe Biden pekan lalu.
Ayatollah menganggap AS memiliki kehendak aneh dengan memaksakan sanksi untuk melumpuhkan negara Iran.
Iran beralasan program nuklirnya bertujuan damai sedangkan Barat menganggapnya sebagai pengembangan senjata pemusnah massal.
Tiga tahun lalu Iran dan enam negara berbicara tiga tahap tentang nuklir meski tidak menghasilkan perkembangan berarti.
Dalam upaya terakhir, AS berusaha memberikan tekanan yang lebih kepada Iran.
Pemerintahan Obama pada Rabu memberlakukan sanksi ekonomi ketat kepada Iran dan memasukkan nama Republik Islam itu ke dalam daftar hitam, demikian Xinhua.
No comments
Post a Comment